Kamis, 25 November 2010

PERANAN ORANGTUA DALAM PERKEMBANGAN MORAL ANAK

Setiap orangtua pastinya mengingini anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan yang baik dan benar, dan tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Semua keinginan ini bisa lebih mudah terwujud jika orangtua sadar bahwa mereka dibutuhkan dalam proses perkembangan moral anak. Dari sekian tahap perkembangan anak, masa remaja menjadi masa yang menjadi fokus perhatian para orangtua. Mereka takut apabila anak mereka tumbuh menjadi remaja yang “buruk”.
Perkembangan moral anak sebenarnya dimulai sejak awal kehidupan anak di dunia, hanya saja kita tidak bisa menilai perilaku mereka sebagai perilaku bermoral atau tidak, karena anak/ bayi belum memiliki pengetahuan dan pengertian mengenai apa yang diharapkan oleh norma-norma masyarakat. Perkembangan moral anak lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Nilai-nilai moral yang dimiliki anak merupakan hasil yang diperoleh anak dari luar dirinya. Anak belajar dan diajar oleh lingkungan tentang bagaimana ia harus berperilaku yang baik dan buruk. Lingkungan ini adalah semua yang berada di luar diri anak, seperti orangtua, saudara-saudara, teman, guru dan masyarakat. Dan orangtua (keluarga) adalah dunia pertama yang anak lihat dan temui. Anak belajar banyak dari keluarga sebelum ia keluar kedunia yang lebih luas. Ingat bahwa apa-apa yang sudah matang pada masa remaja adalah hasil dari proses belajar anak ketika masa kecilnya. Anak belajar bertingkah laku dengan meniru atau melihat bagaimana orangtuanya berperilaku. Ini tidak berarti orangtua merupakan faktor penentu bermoral atau tidaknya seorang anak, tetapi orangtua bertugas untuk mengarahkan anak untuk menjadi anak yang bermoral atau tidak.
Memasuki masa remaja kehidupan anak semakin meluas. Anak juga mulai mengenal kelompok sosial lainnya selain keluarganya seperti disekolah, di tempat kursus-kursus dan di Gereja. Kelompok sosial ini selalu penuh dengan norma-norma baik yang tertulis maupun yang tidak, yang menuntut ketaatan dari anggota kelompoknya. Sebelumnya anak bertingkah laku baik atas dasar ketaatan kepada orangtua, atau ingin mendapat imbalan (moralitas pra-konvensional : Kolbergh), kemudian bertingkah laku baik sesuai dengan aturan agar diterima dalam kelompoknya (moralitas konvensional) , maka pada masa remaja anak sudah mengetahui dengan baik alasan alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari pembuatan norma tersebut (moralitas pasca-konvensional). Anak sudah mampu membedakan macam-macam nilai moral serta macam-macam situasi dimana nilai-nilai moral itu dapat dikenakan. Anak sudah mengenal konsep-konsep moralitas yang lebih besar seperti kejujuran, hak milik keadilan, kehormatan. Pada masa ini anak mulai memiliki rasa/ dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Jadi , anak berbuat baik bukan lagi untuk mendapatkan kepuasan secara fisik, tetapi untuk mendapatkan kepuasan psikologis.
Berikut ada beberapa hal yang perlu diingat orangtua dalam rangka mengarahkan pada moral yang baik :
1.Moralitas itu berkembang dengan pelan dan bertahap. Konsep mengenai benar dan salah sudah bisa dimulai ketika anak berumur 1 tahun.
2.Moralitas diperoleh dengan 2 cara yaitu contoh dan cerita. Menjadi model yang baik bagi anak. Bagaimana orangtua bersikap terhadap oranglain seperti kepada anak yang lain, kepada pembantu, sopir dan saudara yang lain adalah contoh-contoh yang dilihat anak setiap hari. Pada saat yang sama bercerita dengan dongeng (untuk anak) atau kisah kehidupan yang sarat dengan pesan moral (untuk remaja) akan membantu anak mengembangkan konsep mereka mengenai “salah dan benar”.
3.Moralitas juga berbicara mengenai konsistensi. Konsistensi dalam mendidik anak. Satu tingkah laku yang sudah dilarang pada suatu waktu, harus pula dilarang apabila dilakukan pada waktu yang lain. Antara ayah dan ibu juga harus ada kesusaian dalam melarang atau mengijinkan tingkah laku tertentu.
4.Penghayatan orangtua terhadap agama juga mempengaruhi sikap mereka dan tindakan mereka sehari-hari. Ini akan mempengaruhi cara-cara mereka mengasuh anak. Anak yang selalu dibekali dengan pemahaman mengenai Kasih yang sesungguhnya, kasih yang melewati batas agama, ras dan golongan; pemahaman mengenai kesetiaannya kepada Tuhan; ketaatan; penghargaan, dll akan menjadi dasar yang kuat bagi anak untuk melangkah dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar